Seperti diketahui,Pemprov DKI dan DPRD DKI terus membahas Kebijakan Umum Anggaran-Prioritas Plafon Anggaran Sementara (KUA-PPAS) 2020. Inilah yang nantinya ditetapkan sebagai APBD 2020. Namun, masalah muncul ketika Anggota DPRD DKI Fraksi PSI, William Aditya Sarana menyoroti anggaran lem Aibon senilai Rp 82 miliar di Suku Dinas Pendidikan Wilayah I Jakarta Barat. Ada pula anggaran ballpoint Rp 124 miliar jadi pertanyaan PSI.
Menanggapi keanehan nilai usulan anggaran yang tak wajar ini, Anies kemudian menyalahkan sistem warisan. Menurutnya, karena sistem itu, pengecekan harus dilakukan secara manual per item.
Anies mengatakan masalah ini juga muncul di era gubernur sebelum dirinya. Oleh sebab itu, dia tidak mau mewariskan hal ini ke penerusnya nanti.
"Kan ditemukan juga di era-era sebelumnya. Selalu seperti ini. Karenanya, menurut saya, saya tidak akan meninggalkan ini ke gubernur sesudahnya, PR ini. Karena saya menerima warisan nih, sistem ini. Saya tidak ingin meninggalkan sistem ini untuk gubernur berikutnya," ucap Anies.
Sistem e-Budgeting sendiri merupakan salah satu sistem yang digagas pada era pemerintahan Jokowi-Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Sistem ini kemudian dilaksanakan oleh Ahok ketika menjadi Gubernur. Beginilah kilas perjalanan sistem ini:
Berita teratas - Google Berita
October 31, 2019 at 01:28PM
https://ift.tt/2BVUlnV
Riwayat Sistem Anggaran Warisan Jokowi-Ahok yang Dianggap Anies Tidak Smart - Detiknews
Berita teratas - Google Berita
https://ift.tt/2neeZMr
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Riwayat Sistem Anggaran Warisan Jokowi-Ahok yang Dianggap Anies Tidak Smart - Detiknews"
Post a Comment