"Yang paling penting menurut saya negara mendapatkan manfaat, nelayan mendapatkan manfaat, lingkungan tidak rusak, yang paling penting itu," ujarnya usai meresmikan Jalan Tol Balikpapan-Samarinda di Gerbang Tol Samboja, Kabupaten Kutai Kertanegara, Selasa (17/12/2019).
"Nilai tambah ada di dalam negeri, apalagi? Dan ekspor dan tidak ekspor hitungannya dari situ. Jangan kita tidak hanya melihat lingkungan saja tapi nilai ekonominya dilihat. Tapi jangan nilai ekonominya saja tapi lingkungan juga harus kita pelihara, keseimbangan antara itu yang penting," lanjut Jokowi.
Eks Wali Kota Solo itu mengatakan keseimbangan itu diperlukan. Oleh karena itu, Jokowi menegaskan kebijakan apapun itu jangan 'awur-awuran'.
"Semua ditangkapin, diekspor, itu juga gak bener. Saya kira pakar-pakarnya tahu bagaimana tetap menjaga lingkungan agar benih lobster tidak diseludupkan, tidak diekspor awur-awuran tapi juga nelayan mendapat manfaat dari sana, nilai tambah ada di negara kita," katanya.
Seperti diketahui, belakangan ramai polemik rencana Menteri Edhy membuka ekspor benih lobster. Rencana itu didukung Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Jenderal TNI (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan.
Sementara via media sosial, eks Menteri Susi gencar mengkritik rencana kebijakan itu. Dalam cuitan di Twitternya, yang diunggah pada Sabtu (14/12/2019), Susi mempertanyakan kembali sebuah pertanyaan krusial.
"Bener kita harus ekspor bibitnya?? [bibit lobster]," katanya dikutip dari akun Twitter @susipudjiastuti, Minggu (15/12/2019). "Apakah tidak lebih baik tunggu besar dan dijual dengan harga lebih dari 30 kalinya???."
Susi mengunggah kalimat itu dengan dua tanda tanya, dan kalimat berikutnya dengan tiga tanda tanya yang menandakan ada pertanyaan yang seakan perlu dipertimbangkan kembali oleh pemerintah era Jokowi periode kedua ini, khususnya Edhy Prabowo, penggantinya di KKP.
Dia bahkan menggunggah satu foto lobster yang diambil dari web CNBC Indonesia, dan menjelaskan bahwa lobster tersebut tipe Lobster Mutiara.
"Berat kira-kira 1,2 kg sampai dengan 1,4 kg. Harga per kg saat ini minimal Rp 5 juta. Bibitnya diambil dari laut diekspor ke Vietnam per ekor cuma Rp 139.000."
Menanggapi polemik yang ada, KKP pun telah menyampaikan rilis terkait informasi seputar perdagangan benih lobster. Berikut adalah poin-poin pernyataan KKP yang disampaikan Kepala Biro Kerja Sama dan Humas KKP Lilly Apriilya Pregiwati:
1. Indonesia merupakan negara penghasil benih lobster terbesar di dunia yang berasal dari hasil tangkapan di alam. Di beberapa daerah, ribuan nelayan kecil menggantungkan hidup dari perdagangan benih lobster ini.
2. Di sisi lain, penyelundupan benih lobster untuk di ekspor ke luar negeri juga marak terjadi sehingga dikhawatirkan dapat mengganggu keberlanjutan ekosistem lobster di alam.
3. Saat ini KKP tengah mengkaji dan merumuskan kembali kebijakan pemanfaatan benih lobster bersama para pemangku kepentingan dan para pakar/ahli yang terdiri dari para peneliti dan akademisi, serta meminta masukan dan saran para pelaku usaha dengan memperhatikan aspek keberlanjutan lobster di alam dan keberlangsungan ekonomi masyarakat nelayan.
4. Kebijakan yang tengah dikaji terutama berkaitan dengan pemanfaatan benih lobster hasil tangkapan di alam, dengan mengatur ulang perdagangan benih lobster dan rencana pengembangan teknologi pembesaran benih lobster hingga ukuran konsumsi di dalam negeri.
5. Kami informasikan bahwa kebijakan ini masih dalam proses pengkajian, memerlukan waktu hingga siap untuk disosialisasikan.
6. Mari kita semua bersabar menunggu hasil kajian secara komprehensif oleh KKP dan tidak membuat kesimpulan sendiri sehingga dapat menimbulkan informasi yang simpang siur.
Berita teratas - Google Berita
December 18, 2019 at 08:05AM
https://ift.tt/2PxU2HS
Kata Jokowi Soal Ekspor Benih Lobster, Bela Edhy atau Susi? - CNBC Indonesia
Berita teratas - Google Berita
https://ift.tt/2neeZMr
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Kata Jokowi Soal Ekspor Benih Lobster, Bela Edhy atau Susi? - CNBC Indonesia"
Post a Comment